Masih berkedok hasil riset, Setara Institute ternyata gencar mempublikasikan sebuah laporan ngawur tentang radikalisme agama. Walapun laporannya tentang Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat dianggap oleh beberapa kalangan sebagai "sampah",
LSM liberal itu kembali mempublikasikannya.
Untuk ketiga kalinya, di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Setara kembali mendiskusikan laporan 'sampah' itu.
Ketika dikonfirmasi oleh Suara Islam Online (SI) mengenai hasil research yang dikatakan sebagian kalangan sebagai "sampah", Ismail Hasani, peneliti senior Setara Instite ini berkilah, bahwa pernyataan itu merupakan provokasi.
"Itu merupakan provokasi kepada publik", kilahnya, Senin (24/1/2011).
Ismail mengklaim penelitian yang dilakukan lembaganya berdasarkan metodologi HAM. Riset Setara Institute juga dikatakan telah menggunakan kerangka kerja dengan pedoman kitab suci HAM, konstitusi dan Pancasila
"Setara Institute adalah organisasi HAM bukan perkumpulan orang beriman yang menggunakan kerangka kerja berdasarkan keyakinan-keyakinannya. Kitab suci kami adalah HAM, Konstitusi dan Pancasila", kata Ismail.
Seperti diberitakan oleh Tabloid Suara Islam edisi 105 lalu, laporan Setara Institute dikatakan oleh Nawab seorang Dosen di Nanyang Technological University, Singapura, sebagai laporan sampah.
“Rubbish”, komentar Nawab singkat usai membaca laporan setebal 181 halaman itu. Mahasiswa tingkat doktoral di Australian National University, Canberra, Australia itu menilai laporan Setara Institute berjudul “Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat; Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan” itu bak laporan "sampah".
Tak ayal, lelaki yang sedang menyelesaikan disertasinya tentang sebuah gerakan Islam di Indonesia itu menuding Setara hanya mengejar dolar.
Rep: Jaka Setiawan