SETARA Institute menyebar fitnah, "MUI Sebagai Lembaga yang Intoleran", katanya.
Fitnah keji ini disebarkan oleh antek zionis, Setara Institute, hanyalah semata dalam upaya mencari muka kepada TUHAN BESAR mereka bernama PAMAN SAM. Tujuannya supaya dollar mengalir deras ke kantong bolong mereka. Dasar ..... Pengemis dollar !
Peneliti Setara Institute, Halili Hasan memaparkan hasil temuan atau riset dari lembaganya. Sejak tahun 2015, ia mengatakan bahwa tindakan intoleran meningkat secara signifikan. Adapun sejak tahun 2015 itu dirilis oleh Setara terdapat 197 kasus tindakan intoleran.
Dan paling tinggi itu terdapat pada bulan Juni tahun 2015. “Paling tinggi itu pada bulan Juni tahun lalu. Yaitu sebanyak 31 peristiwa. Dan kami lihat, pada tahun 2015 peningkatan intoleransi itu naik secara signifikan,” ucapnya, saat memaparkan hasil riset, kemarin (18/01/2016), di Jakarta Pusat.
Bahkan ia menyebut lembaga Islam, yakni
Majlis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang intoleran. Tidak hanya itu, ormas Islam pun ia sebut sebagai kelompok intoleran. Dan menurutnya tindakan intoleran itu setiap tahunnya mengalami peningkatan.
“Lima aktor non Negara dengan 125 tindakan. Pertama warga, aliansi ormas islam, MUI, tokoh agama. Tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Yakni intoleransi yang pertama, kedua penyesatan. Lalu yang ketiga penyebaran kebencian. Dan keempat perusakan serta pemaksaan dalam ibadah,” jelasnya.
Dalam temuan itu, Setara juga merilis bahwa daerah yang merupakan banyaknya melakukan sikap intoleran ialah yang pertama Jawa Barat. Sedangkan di posisi kedua didudki oleh Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Dan ketiga diduduki oleh Jawa Timur.
Demikian fitnah keji setara institute kepada Ummat Islam Indonesia yg terkenal sangat sangat toleran. Lalu bagaimana mestinya Ummat Islam menyikapi Fitnah Setara Institute ini ?
Jika memang setara institute punya penilaian negatif terhadap toleransi beragama umat Islam Indonesia, sebagai orang beriman kita tak harus alergi apalagi kecil hati. Kita yang hidup di zaman penuh fitnah ini, sudah sering mendapatkan stigma negatif. Contohnya, mulai dari tuduhan fundamentalisme yang ternyata istilah itu melekat dan menjadi watak dasar kaum Nasrani di Eropa dan Amerika.
Setelah mereka merekayasa fitnah yang menghujat Islam sebagai agama teroris, sekarang malah justru terbukti bahwa Amerika dan sekutunya di Eropa melakukan genosida dan menghancurkan negara-negara Muslim atas nama perdamaian. Misalnya, di Afghanistan dan Irak. Jadi wajar saja jika Sekutu mereka di Indonesia, salah satunya adalah Setara Institute, juga memfitnah Muslim Indonesia adalah pelaku kekerasan atas nama agama dan gerakan transnasional, serta intoleran.
Hal yang pasti,
Islam adalah agama yang sangat toleran dan cinta akan kedamaian dan ke selamatan umat manusia. “Dan, jika mereka condong kepada perdamaian, condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Anfal [8]: 61).
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesung guhnya, Allah menyukai orang-orang yang ber laku adil.” (QS al-Mumtahanah [60]: 8). Berlaku toleran kepada semua manusia adalah doktrin suci Islam yang juga dicontohkan Rasulullah SAW.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia tidak menyakiti tetangganya, menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Para ulama menjelaskan, tetangga itu ada tiga. Pertama, tetangga yang juga karib kerabat dan Muslim maka ia mempunyai tiga hak, yaitu hak sebagai tetangga, hak sebagai karib kerabat, dan hak sebagai Muslim. Kedua, tetangga yang Muslim maka ia mempunyai dua hak, yaitu hak tetangga dan hak sebagai Muslim. Ketiga, tetangga non-Muslim yang memiliki hak sebagai tetangga yang harus dimuliakan. Jadi jelaslah bahwa fitnah setara institute kepada MUI sangat subjektif, dzhalim dan tendensius.
Hasil riset dan penilaian setara institute yang menyatakan Islam di Indonesia intoleran, hanyalah berdasarkan data-data subjektif yang dipasok kelompok Islamofobia, baik dari dalam maupun luar negeri. Terutama belakangan ini, berkaitan dengan masalah kekalahan pihak Gereja Yasmin di Bogor secara hukum dan pelaku kekerasan dalam kasus Ahmadiyah yang diputarbalikkan fakta dan datanya.
Ditambah lagi pengusiran tokoh lesbian, Irshad Manji, dan penolakan konser Lady Gaga yang dianggap sebagai kemenangan kaum radikal Islam di Indonesia. Sebagai pembanding, The International Crisis Group (ICG) , LSM yang berpusat di Brussels, Belgia, menjelaskan, salah satu faktor utama meningkatnya gesekan antar umat beragama di Indonesia adalah agresivitas penginjilan di daerah Muslim.
Para peneliti di Setara Institute yg kita ketahui bersama sama sekali tidak memahami Islam mencoba bicara tentang Islam dan Ummat Islam, maka hasilnya adalah Mengajari ikan berenang.
Bertobatlah kalian wahai Tukang Fitnah selagi masih ada umur !